Sabtu, 16 April 2011

TUGAS PERKEMBANGAN INDIVIDU


            Tugas perkembangan adalah suatu/atau sejumlah tugas yang timbul pada sustu periode tertentu dalam kehidupan individu. Keberhasilan dalam menunaikan tugas itu dapat membawa kebahagiaan dalam menunaikan tugas-tugas berikutnya, sedangkan bila mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut maka akan mengalami ketidak bahagiaan, kekecewaan, dicela oleh masyarakat dan kesulitan dalam mengahadapi tugas-tugas berikutnya.
            Bila tugas perkembangan tertentu tidak dapat dicapai pada waktu yang tepat, maka tugas itu selanjutnya tidak akan dapat dicapai dengan baik, kegagalan dalam menyelesaikan tugas ini akan menyebabkan kegagalan dalam mencapai tugas lainnya yang akan datang

KEPRIBADIAN MENURUT CARL GUSTAV JUNG

Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang merujuk pada topeng yang biasa digunakan paran pemain sandiwara di zaman Romawi. Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang artinya ‘topeng’ yang biasa dipakai artis dalam theater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial- kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.
            Konsep - konsep Kepribadian menurut Carl Gustav Jung ada tiga macam, yaitu Personality Function, Psyche, dan Self. Jung memandang manusia sangatlah unik karena mempunyai begitu banyak kepribadian yang beragam antara individu satu dengan individu lainnya. Berikut akan dibahas lebih lanjut tentang konsep kepribadian menurut Jung.

TES BAKAT

Maksud dan Tujuan Tes Bakat
Bakat adalah kondisi pada seseorang yang dengan suatu latihan khusus memungkinkannya mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus. Dengan demikian keahlian bakat harus ditunjang oleh faktor lingkungan, faktor keturunan dikembangkan melalui olahan lingkungan. Dalam proses interaksi antara faktor keturunan dan faktor lingkungan, faktor keturunan dikembangkan melalui olahan lingkungan, misalnya oleh latihan (Drs. Anggadewi Moesono, 1986). Faktor lain yang perlu diperhatikan pada pengembangan bakat adalah kematangan dan diperolehnya latihan pada saat yang tepat.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tampilnya bakat adalah minat dan motivasi, nilai yaitu bagaimana seseorang member arti terhadap pekerjaan yang menjadi bakatnya, kepribadian yang sesuai dan konsep diri yang positif.

TES INTELLIGENSI

  Maksud dan Tujuan Tes Intelligensi
Tes inteligensi dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama : secara individu dan kelompok. Tes inteligensi secara kelompok digunakan untuk tujuan yang lebih luas dan beragam seperti dalam seting sekolah dan militer. Sedangkan untuk situasi klinis, paling banyak digunakan tes inteligensi secara individual.
Tes inteligensi secara individual yang tidak membutuhkan penggunaan bahasa (perilaku verbal) disebut performance test. Sedangkan tes yang tergantung pada penggunaan kata-kata dan angka-angka disebut verbal test. Tes inteligensi yang paling bernilai dan dapat digunakan secara luas dalam situasi klinis adalah tes yang mengkombinasikan keduanya, tes verbal dan performa. 

a.      SPM
Pengertian
Standard Progressive Matrixes, merupakan salah satu tes inteligensi yang dikenal luas di Indoensia. SPM merupakan tes non verbal yang menyajikan soal-soal dengan menggunakan gambar-gambar yang berupa figur dan desain abstrak, hingga diharapkan tidak tercemari oleh faktor budaya. Tes ini tidak menghasilkan IQ, melainkan skor yang dapat dibandingkan dengan norma untuk menunjukkan tingkat kemampuan mental seorang anak.
Tes Standard Progressive Matrices (SPM). Tes ini pertama kali diciptakan oleh John. C Raven tahun 1938 dan pertama kali digunakan untuk Angkatan Bersenjata Inggris dalam Perang Dunia II. Jenis tes ini dikelompokkan sebagai tes non verbal artinya materi soalnya tidak diberikan dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan dalam hal pengertian dan melihat hubungan bagian bagian gambar yang disajikan serta mengembangkan pola berpikir yang sistematis. Tes ini dianggap sebagai culture fair test (adil untuk semua budaya) karena mampu meminimalkan pengaruh budaya tertentu.
Materi tes berupa gambar dengan sebagian yang terpotong, tujuannya subjek mencari potongan gambar yang cocok dari alternatif gambar yang disediakan. Penyajian tes dapat dilakukan secara klasikal atau individual yang hasilnya berupa persentil dan grade dari inteligensi. Tes ini terdiri dari 60 soal yang dikelompokkan dalam lima seri yaitu: A, B, C, D, dan E, setiap seri terdiri dari 12 item. Total waktu yang dibutuhkan tidak terbatas, tetapi biasanya disediakan waktu 30 menit. Tes ini biasa digunakan pada anak SD maupun SMP.
Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan memahami figur yang tidak berarti dengan mengobservasi dan berfikir jernih pada saat mengerjakan tes, kemudian melihat hubungan antara figur-figur yang ada yang pada gilirannya mampu mengembangkan penalaran. Disamping itu untuk mengukur kemampuan seseorang untuk membentuk hubungan persepsi.
Tes SPM disusun berdasarkan teori faktor ”g” yang dikemukakan oleh Spearman yang bertujuan untuk mengungkap kemampuan intelektual (inteligensi umum) individu. Aspek-aspek yang diungkap dalam tes ini adalah:
1.      Kemampuan penalaran ruang yaitu kemampuan seseorang dalam memahami konsep ruang (spasial).
2.      Kemampuan menganalisis, mengintegrasikan, mencari dan memahami sistem hubungan diantara bagian-bagian.
3.      Kemampuan dalam hal ketepatan yaitu kemampuan seseorang dalam menghitung.




b.      APM
Pengertian
Advanced Progressive Matrices atau APM merupakan salah satu alat tes non verbal yang digunakan untuk mengukur kemampuan dalam hal pengertian dan melihat hubungan-hubungan bagian gambar yang tersaji serta mengembangkan pola pikir yang sistimatis penyajian tes raven ini dapat dilakukan secara classical dan individu. Raven Progressive Matrices mengukur general faktor dari sperman, sedangkan sebagian kecil spatial apptitude, inductive reajoning dan perceptual accurary.
Tujuan
Tujuan dari tes APM adalah untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang, untuk keperluan seleksi, untuk mengukur kemampuan intelektual, untuk orang normal, tanpa batasan waktu umur dan dipakai diatas 11 tahun, digunakan untuk kemampuan observasi, dan untuk analisis tujuan klinis.

c.       CFIT
Pengertian
Menurut manual aslinya, Tes Kecerdasan Culture Fair dirancang sedemikian rupa, sehingga pengaruh kelancaran verbal, kondisi budaya, dan tingkat pendidikan terhadap hasil tes diperkecil (Cattell, 1973, dikutip oleh Sutarlinah Sukadji, 1983). Tes kecerdasan Culture Fair berusaha menghindarkan, antara lain bahasa, kecepatan, dan isi yang terikat budaya.
Raymond Cattell mengembangkan CFIT (Culture Fair Intelligence Test), yang merupakan tes inteligensi non-verbal . Tes ini menyajikan soal-soal yang menghendaki subyek memilih suatu desain yang tepat melengkapi suatu rentetan desain tertentu, mencari figur geometris yang paling berbeda dengan figur lainnya.
Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan faktor kemampuan mental umum atau kecerdasan.
1.    Skala 1 = untuk anak usia 4 – 8 tahun, dan individu yang lebih tua yang mengalami cacat mental.
2.    Skala 2 = untuk anak usia 8 – 14 tahun dan untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan dibawah normal.
3.    Skala 3 = untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.
Tujuan
Tujuan utama rancangan dan susunan tes ini adalah :
1)        Menciptakan instrument yang secara psikometris sehat, berdasarkan teori yang komprehensif, dengan validitaas dan reliabilitas semaksimal mungkin.
2)        Memperkecil pengaruh-pengaruh budaya dan kondisi masyarakat yang tidak relevan, tetapi tetap mempergunakan / mempertahankan kegunaan prediktif untuk berbagai tingkah laku konkrit.
3)        Pelaksanaan penyajian dan penyekoran yang sangat mudah dan penggunaan waktu tes yang relatif ekonomis.

d.      WAIS
Pengertian
Tes ini dibuat pada tahun 1955, disusun oleh David Wechsler. WAIS diciptakan dengan dasar pikiran intelegensi terdiri dari beberapa aspek (aspek verbal, abstrak, numerical, bahkan faktor G). Oleh karena itu dalam tes WAIS ada 2 kelompok susunan tes, yaitu : kelompok verbal (lisan) dan kelompok performance (perbuatan).
Tujuan
            WAIS bertujuan untuk mengungkap intelligensi orang dewasa. Tujuan pemisahan verbal dan performence IQ adalah untuk keperluan diagnosa apabila misalnya seseorang yang mendapat handicap dalam bidang verbal atau cultural.
Seperti pada semua tes psikologi, pemberian WIAS secara layak meminta penguji yang mampu, bahan-bahan yang teratur, ruangan testing yang sesuai (tenang), dan waktu yang cukup. Materi tes harus dijaga dari pandangan subjek, sampai sub test itu disajikan dalam testing.

"Sebuah kisah nyata"


Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur Dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu. Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, Dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya. Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya. "Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?" Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya. Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak Ada seorangpun di rumah ibu. Tak Ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi". Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya. "Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran disana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu". Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb. "Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya "Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?" Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika Kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif". Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah. Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming) . Teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana Kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.